Minggu, 06 Maret 2011

Malioboro: Uniquely Public Space

Malioboro yang Menyimpan Kenangan.
Kawasan Malioboro, walaupun sudah sering dikunjungi, tidak akan menimbulkan rasa jenuh untuk mengunjungi tempat itu di kemudian hari, baik oleh orang yang berdomisili di Yogyakarta ataupun wisatawan yang berasal dari daerah lain. Hal ini dikarenakan, kawasan Malioboro, lengkap dengan segala atribut di dalamnya, berhasil menimbulkan kenangan tersendiri bagi mereka. Suasana Malioboro yang begitu khas, yang tidak ditemui di tempat lain, memicu munculnya kenangan tersebut. Suasana yang khas tersebut terbentuk melalui elemen-elemen penyusun Malioboro, seperti: pedagang pakaian kaki lima, pedagang asesoris, pedagang barang antik, pedagang makanan, pengamen, pengemudi becak, andong, dan lain-lain. Elemen-elemen ini seolah menjadi pemicu munculnya ingatan tertentu bagi pengunjung yang mengunjungi kawasan itu untuk kali kedua dan seterusnya.
Tidak hanya elemen-elemen, pelaku seperti yang telah disebutkan, yang bisa memicu munculnya ingatan tertentu, street furniture, bangunan, dan penataan kawasan juga mampu menimbulkan kenangan bagi para pengunjung. Street furniture yang unik, yang tidak didapati di tempat lain, menjadi sangat mudah melekat dalam ingatan pengunjung terkait dengan ingatan tertentu. Lampu jalan yang bercat hijau dan antik, kursi beton yang ditata zig-zag, kursi kayu yang unik, dan pot-pot tanaman dari beton. Bangunan-bangunan, seperti: Malioboro mall, toko batik, pasar Beringharjo, benteng Vreedeburg, dan toko cinderamata. Kawasan yang tertata, entah disengaja atau tidak, terbagi menurut fungsinya. Jika berjalan dari arah parkir bus dekat videotron ke arah Monumen 11 Maret akan didapati penjual makanan menempati sisi jalan di sebelah kiri dan penjual pakaian dan asesoris di sebelah kanan. Jadi, jika pengunjung memilih untuk berwisata kuliner, maka ia akan memiilih berjalan di sisi sebelah kanan. Begitu sebaliknya jika pengunjung memilih untuk bebelanja pakaian dan asesoris. Jika telah penat berjalan, di ujung, dekat benteng Vreedeburg, terdapat ruang terbuka yang dilengkapi bangku-bangku sebagai tempat beristirahat.
Titik yang banyak “menyimpan kenangan” di Malioboro adalah Benteng Vreedeburg dan sekitarnya. Titik ini sering dijadikan sebagai tempat kegiatan yang bersifat kolektif. Seting ruang juga menunjang untuk dilakukannya kegiatan yang melibatkan kelompok. Ruang terbuka di depan benteng sering dijadikan tempat berkumpul, terutama pada sore hingga malam hari. Bangku-bangku yang disusun berdekatan memungkinkan terjadinya personal space pada jarak yang intim, sehingga banyak anak-anak muda yang menggunakannya untuk tempat bercakap-cakap terutama dengan lawan jenis. Seting yang demikian juga memungkinkan terjadinya perkenalan antara dua orang yang belum kenal sebelumnya, bahkan berlanjut ke jenjang pernikahan. Banyaknya pengamen yang “beraksi” di tempat ini menjadikan suasana menjadi semakin intim ketika pengamen menyannyikan lagu-lagu yang menggambarkan perasaan mereka pada saat itu.
Ruang terbuka di depan benteng juga sering digunakan untuk nongkrong dan kumpul-kumpul klub motor, vespa, mahasiswa, dan anak sekolah. Selain tempatnya yang memang memungkinkan, di tempat ini juga banyak penjual makanan, seperti nasi kucing dan sate. Di dekat perempatan sering digunakan sebagai tempat diadakannya kegiatan-kegiatan kesenian yang terencana. Misalnya, pada tanggal 31 Oktober (2009) lalu berlangsung acara kesenian yang diadakan mahasisiwa UNY dalam rangka menghimpun dana kemanusiaan untuk korban gempa di Padang. Pada waktu yang sama, di Monumen 11 Maret diadakan acara festival kuliner.
Ruang sebagai tempat kegiatan memang berpotensi menyimpan kenangan masa lalu. Seting ruang yang terekam di ingatan manusia terkait dengan kegiatan tertentu pada masa lalu dapat dijadikan pemicu munculnya ingatan tersebut jika suatu waktu manusia berada pada seting yang sama. adapun hal-hal yang menjadi sumber kenangan, diantaranya: ikatan batin pelaku dengan ruangnya, kegiatan yang terjadi pada waktu tertentu, dan seting ruang termasuk objek yang ada di dalamnya. Tidak mengherankan memang jika mendapati pengunjung yang mengunjungi Malioboro hanya untuk mengenang peristiwa berkesan pada masa lalu. Malioboro memang menyimpan kenangan.




Malioboro Sumber Inspirasi
Yogyakarta gudang seniman, sudah diakui oleh banyak orang. Banyak seniman dari berbagai cabang seni muncul dari kota ini. Bahkan, grup musik legendaris Kla Project khusus menulis lagu berjudul Yogyakarta yang menggambarkan suasana khas Kota Yogyakarta. Kota Yogyakarta dengan suasananya menjadi inspirasi bagi seniman music, lukis, tari, sastra, drama, dan lain-lain.
Salah satu kawasan yang tidak kalah inspiratif adalah Malioboro. Malioboro lengkap dengan kegiatan dan suasananya mampu memunculkan ide-ide di benak seniman untuk menghasilkan buah karya. di sepanjang jalan Malioboro banyak didapati penjual benda-benda seni yang indah. Meskipun tidak semua yang diproduksi di tempat, namun tetap di dapati beberapa karya yang sangat jelas terinspirasi dari Malioboro. Terlihat dari beberapa lukisan dan desain kaos. Di sepanjang jalan Malioboro juga banyak di dapati seniman yang menerima pesanan membuat sketsa wajah meskipun yang di buat sketsanya adalah wajah pengunjung. Pengunjung adalah bagian temporal dari Malioboro.
Adapun yang menjadi sumber inspirasi terutama adalah objek-objek yang unik. Di Malioboro banyak terdapat objek unik, terutama arsitektur bangunan dan street furniture-nya. Bangunan berlanggam colonial dengan arsitektur yang khas ditampilkan oleh Benteng Vreedeburg, Kantor Pos, Bank BNI, dan bangunan lainnya. Street furniture berupa lampu jalan, bangku, dan monumen lengkap dengan detail warna dan tekstur menjadi sumber inspirasi visual yang unik. Tidak ketinggalan becak dan andong. Objek-objek fisik tersbut biasa dituangkan dalam sketsa, lukisan, dan foto. Seringkali objek-objek fisik tersebut dikombinasikan dengan kegiatan yang berlangsung, sehingga objek fisik menjadi penanda tempat dalam karya sketsa, lukis, dan foto.
Kegiatan yang paling utama di Malioboro adalah perdagangan. Dari kegiatan perdagangan, akan muncul kegiatan-kegiatan lain yang menjadi efeknya. Kegiatan-kegiatan tersebut memunculkan pola-pola yang kemudian dipahami sebagai perilaku, baik pedagang maupun pengunjung. Kegiatan dan perilaku tersebut tidak luput dari pengamatan seniman dan menjadi inspirasi dalam menciptakan karya seni. Sebagai contoh, lagu Yogyakarta dari Kla Project secara reseprentatif menggambarkan kegiatan-kegiatan yang terjadi di Malioboro. Contoh lainnya, kegiatan di Malioboro direkam dan dituangkan dalam media kaos yang apik dan menggugah senyum, Dagadu.
Suasana Malioboro yang berbeda dari tempat lainnya turut memunculkan inspirasi berkarya bagi para seniman. Para pedagang, penarik becak, dan kusir andong yang ramah dan berbahasa halus memunculkan atmosfir yang khas dan berbeda. Suasana keakraban jelas terlihat dari banyaknya pengunjung yang melakukan kegiatan kolektif. Banyak seniman yang biasa duduk dalam waktu yang agak lama sambil merenungi apa yang telah terekam dalam memorinya. Jika sudah demikian, dorongan untuk berkarya pun menjadi tidak terbendung lagi.
Malioboro memang sumber inspirasi. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya inspirasi tersebut, diantaranya: objek fisik yang unik, kegiatan dan perilaku pengunjung, dan suasana yang begitu khas di Malioboro.

2 komentar: