Jumat, 08 April 2011

PERAN SERTA GENERASI MUDA MENANGANI PERMASALAHAN SAMPAH

Sampah merupakan bahan yang terbuang dari hasil aktivitas manusia. Sampah sebagai hasil sampingan dari aktivitas manusia memang tidak dapat ditiadakan sama sekali. Bahkan, dari hari ke hari volumenya cenderung bertambah. Pertambahan volume sampah dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya: jenis aktivitas, tingkat aktivitas, iklim, musim, kepadatan, dan jumlah penduduk. Seiring pesatnya perkembangan teknologi, terjadi perubahan terhadap pola perilaku manusia. Masyarakat, khususnya masyarakat perkotaan, semakin menginginkan kepraktisan dalam setiap aktivitasnya. Hal ini memberi dampak yang signifikan terhadap pertambahan volume sampah. Botol-botol plastik, bungkus plastik, dan gelas-gelas styrofoam merupakan contoh nyata tentang korelasi ‘hidup praktis’ dan sampah.

Sampah yang tidak ditanggulangi secara cepat dan benar akan berdampak buruk terhadap banyak segi kehidupan manusia. Kesehatan misalnya. Sampah yang menumpuk banyak mengandung kuman penyakit. Sampah-sampah yang dapat menampung air hujan, seperti botol plastik dan kaleng, bisa menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk dan berpotensi menularkan penyakit malaria dan demam berdarah. Dari segi lingkungan, sampah akan mengurangi keindahan. Air rembesan sampah yang masuk ke dalam tanah dapat mengakibatkan sumber air tanah tercemar. Bahkan, sampah juga dapat menurunkan pendapatan daerah karena tumpukan sampah di tempat-tempat strategis kegiatan perekonomian dapat memperburuk citra daerah, seperti yang terjadi di Bandung 2008 lalu.

Masalah sampah sebenarnya berkaitan langsung dengan kesadaran masyarakat. Di sini dituntut masyarakat yang sadar dan tanggap terhadap bahaya yang ditimbulkan jika masalah sampah tidak ditanggulangi segera. Generasi muda yang merupakan bagian dari masyarakat juga dapat berperan di dalamnya. Dimulai dari hal yang sederhana dan dari diri sendiri dengan menerapkan prinsip 4R, yaitu:

1.Reduce (mengurangi); sedapat mungkin menggunakan sedikit bahan/material di dalam beraktivitas, contohnya menggunakan pensil ketika menulis/mengkonsep sesuatu agar bisa dihapus ketika salah daripada harus berganti-ganti kertas.

2.Reuse (menggunakan kembali); menggunakan barang-barang yang bisa digunakan berulang-ulang, bukan barang yang sekali pakai. Lebih baik menggunakan gelas kaca untuk minum kopi daripada gelas styrofoam.

3.Recycle (mendaur ulang); sampah-sampah yang tidak dapat diuraikan secara alami, seperti plastik, kaca, dan styrofoam harus di daur ulang. Tidak semua orang bisa melakukannya, melainkan pada perusahaan-perusahan yang khusus bergerak di bidang daur ulang. Kita dapat ikut membantu dengan memisahkan sampah organik (sampah basah) dan sampah anorganik (sampah kering) agar sampah anorganik bisa langsung didaur ulang.

4.Replace (mengganti); segera ganti barang-barang yang hanya sekali pakai dengan yang bisa dipakai berulang-ulang. Ganti juga barang-barang ‘kurang ramah’ lingkungan dengan yang ‘ramah lingkungan’. Tidak perlu malu membungkus makanan dengan bungkus daun atau kertas daripada harus menggunakan kotak styrofoam. Biasakan membawa keranjang sendiri ketika berbelanja daripada harus menggunakan kantong plastik.

Generasi muda, khususnya mahasiswa, dalam segmentasi usia 17-23 tahun merupakan masa transisi yang sangat terikat dengan mode dan gaya hidup. Artinya, mereka merasa menjadi bagian dari lingkungan (lingkungan mahasiswa dan golongan muda) jika dapat mengikuti perkembangan mode dan gaya hidup yang berlangsung di kalangan mahasiswa. Berbagai inovasi terus dilakukan karena mahasiswa merupakan golongan intelektual yang mempunyai idealisme sendiri tentang mode dan gaya hidupnya. Akhir-akhir ini perkembangan mode dan gaya hidup mahasiswa justru mengarah kepada ‘gerakan sadar lingkungan’. Berbagai wacana tentang pengelolaan sampah dan lingkungan yang bersih terintegrasi dalam semangat Green Environtment. Semakin banyak agenda kegiatan yang berkaitan langsung dengan upaya-upaya penerapan prinsip 4R baik di lingkungan kampus ataupun di tengah-tengah masyarakat. Melalui event-event sejenis ‘Pekan Kreativitas’, mahasiswa mempertunjukkan penggunaan barang-barang recycle dan reuse yang bernilai ekonomi dengan cara yang bagus dan menarik. Yang tidak kalah menariknya adalah kampanye I’m Not A Plastic Bag User telah menjadi tren tersendiri di kalangan generasi muda. Kekuatan sebuah tren yang dilandasi pemahaman yang baik dari generasi muda merupakan senjata yang ampuh untuk melakukan perubahan.

Hal lain yang dapat dilakukan generasi muda dan tidak kalah pentingnya adalah menanamkan kesadaran akan pentingnya kebersihan lingkungan sejak dini kepada keluarga dan anak-anak di lingkungan terdekat. Karena kesadaran dan kebiasaan yang telah tertanam sejak masa kanak-kanak akan sulit untuk dirubah hingga dewasa kelak.

Akhirnya, masalah sampah adalah masalah yang berkaitan langsung dengan kesadaran tiap-tiap pribadi. Meminjam 3M-nya K. H Abdullah Gymnastiar, mulai dari diri sendiri, mulai dari hal yang kecil, dan mulai saat ini.







PERAN SERTA GENERASI MUDA MENANGANI PERMASALAHAN SAMPAH

OLEH:
PAMBAYUN KENDI.P
L2B007056

JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO

Tidak ada komentar:

Posting Komentar